Home

Senin, 22 Oktober 2012

PERTUNJUKAN CINGCOWONGDALAM KONTEKS PARIWISATA DI DESA LURAGUNG LANDEUH KABUPATEN KUNINGAN

Posted by Arfiyan Setiawan | On: , | 0 komentar
Seni tradisi merupakan seni yang telah ada sejak lama yang kemudian diwariskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Seni tradisi merupakan aset kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Seni tradisi adalah salah satu identitas dan jati diri suatu bangsa. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan tradisi, kita harus bangga memiliki seni-seni tradisi yang begitu banyak macamnya. Kekayaan budaya dan tradisi ini harus kita jaga, pertahankan, dan lestarikan sehingga tetap ada dalam waktu yang lama. Masuknya budaya-budaya barat ke dalam negeri, tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam uapaya mempertahankan eksistensi kesenian tradisi. Nampaknya harus ada upaya filterisasi budaya barat yang masuk ke dalam negeri. Jika tidak, maka seni-seni tradisi semakin terpinggirkan. Salah satu seni tradisi yang harus dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya adalah kesenian Cingcowong. Dahulu kesenian ini berfungsi sebagai sarana ritual untuk meminta hujan. Namun, seiring perkembangan zaman, kesenian ini beralih fungsinya menjadi hiburan. Walaupun berubah fungsinya menjadi sarana hiburan, akar ritual dari Cingcowong masih tetap ada dalam pertunjukan kesenian ini.  Penelitian ini mengkaji beberapa masalah yang terdiri atas latar belakang terbentuknya pertunjukan kesenian Cingcowong, struktur penyajian kesenian Cingcowong, dan fungsi dari pertunjukan kesenian Cingcowong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bersifat alamiah dan deskriptif. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis.  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Lokasi penelitian terdapat di Desa Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.  Berdasarkan hasil temuan di lapangan, pertunjukan Cingcowong asalnya berfungsi sebagai sarana ritual untuk meminta hujan. Cingcowong diwariskan dalam satu keturunan keluarga, yakni dari Rantasih pada tahun 1930-an hingga Nawita sampai sekarang. Cingcowong saat ini dijadikan sebagai sarana hiburan yang bertujuan untuk menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara, karena seiring perkembangan zaman yang begitu pesat dikhawatirkan tradisi ini punah sama sekali. Dalam pertunjukan kesenian Cingcowong terdapat struktur penyajian tari yang terdiri atas, persiapan pertunjukan, yakni persiapan dari segi fisik, mental, maupun busana dan rias. Kemudian dilanjutkan pada pelaksanaan pertunjukan, yang dipentaskan oleh 10 orang penari, enam di antaranya penari perempuan, dan empat penari laki-laki. Pada akhir acara atau penutup acara, para penonton memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas penampilan para penari di atas pentas yang telah mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk menghibur para penonton. 

Daftar Isi s_sdt_0807474_table_of_content.pdf
Bab I s_sdt_0807474_chapter1.pdf
Bab II s_sdt_0807474_chapter2.pdf
Bab III s_sdt_0807474_chapter3.pdf
Bab IV s_sdt_0807474_chapter4.pdf
Bab V s_sdt_0807474_chapter5.pdf
Daftar Pustaka s_sdt_0807474_bibliography.pdf 

BACA JUGA ARTIKEL YANG TERKAIT DI BAWAH INI :

0 komentar:

Posting Komentar